Mengenal Alat-alat Pembuatan Batik
Sebagai warisan budaya, batik dicantumkan dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Hal ini dikarenakan tradisi membatik dan cara pengerjaannya yang sedemikian rumitnya juga karena kekhasan dalam pengerjaannya.
Jika selama ini Anda kerap menikmati kain maupun baju batik yang didisplay di pertokoan, apakah Anda juga mengenal peralatan pokok membatik, khususnya batik tulis? Berikut kami kenalkan kepada Anda.
Wajan. Wajan merupakan tempat untuk mencairkan lilin dan bisa terbuat dari logam ataupun tanah liat.
Tepas adalah alat yang dipakai untuk membesarkan bara api di anglo. Tepas terbuat dari bambu yang dibelah tipis.
Kuas adalah alat yang terbuat dari kayu kecil dengan bentuk silinder sepanjang 1-30 cm yang di ujungnya terdapat serabut kecil dari ijuk atau rbut sintetis dengan ukuran 0,5-1 cm. Alat ini berfungsi untuk membuat batik gaya abstrak atau menutup blok yang besar.Sebagai warisan budaya, batik dicantumkan dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Hal ini dikarenakan tradisi membatik dan cara pengerjaannya yang sedemikian rumitnya juga karena kekhasan dalam pengerjaannya.
Jika selama ini Anda kerap menikmati kain maupun baju batik yang didisplay di pertokoan, apakah Anda juga mengenal peralatan pokok membatik, khususnya batik tulis? Berikut kami kenalkan kepada Anda.
Canting Tulis. Canting terdiri atas badan atau awak-awak atau nyamplung, cucuk atau cerat dan tangkai.
Anglo. Anglo merupakan alat untuk menjaga kestabilan suhu pemanas lilin, biasa terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar arang
Tepas
Kuas.
Lilin atau Malam
Saringan malam
Clemek
Dingklik atau lincak
Cara Membuat
Batik menjadi salah satu benda cagar budaya warisan dunia dikarenakan proses pembuatannya yang tidak mudah. Dalam batik tulis, seorang pembatik pertama kali haus memegang alat batik berupa canting. Cara memegangnya pun tidak boleh sembarangan, yakni, semua jari-jari diletakkan pada tangkai canting dengan jari telunjuk berada di atas. Jika canting telah terisi malam, maka canting diusahakan dalam keadaan horizontal agar caian lilin dalam awak-awak atau nyamplung tidak tumpah.
Setelah canting dipegang dengan benar maka canting dicelupkan dalam wajan yang berisi cairan malam mendidih. Jika bagian awak-awak tadi sudah penuh maka canting baru diangkat dan siap untuk ditorehkan ke atas kain. Akan tetapi sebeum ditorehkan, canting tersebut harus ditiup terlebih dulu pada bagian cucuknya sampai terdengar suara angin yang keluar dari nyamplung. Peniupan ini bertujuan agar cairan yang berada di ujung cucuk tidak cepat menetes sebelum ditempelkan pada kain mori dan untuk mengontrol lubang cucuk tersumbat oleh malam yang telah mengental.
Cairan malam di canting yang telah siap dituliskan pada kain maka telapak tangan kiri pengobeng dengan keadaan terbuka berada di balik kain. Telapak tangan dimaksudkan sebagai alas dari kain yang akan ditulis dan dipakai untuk menggerakkan atau menggulung bagian kain yang telah dibatik ke balik gawangan.
Komentar
Posting Komentar